
bolanetral – Setelah penantian panjang, Xabi Alonso akhirnya menjalani laga debutnya sebagai pelatih kepala Real Madrid. Ditunjuk pada akhir Mei 2025 menggantikan Carlo Ancelotti, Alonso langsung memimpin tim di kompetisi bergengsi: FIFA Club World Cup. Lawan pertamanya? Klub tangguh asal Arab Saudi, Al Hilal.
Ekspektasi Tinggi Sejak Hari Pertama
Sebagai mantan pemain Madrid, Bayern, dan Liverpool, serta pelatih sukses di Bayer Leverkusen, Alonso datang dengan reputasi tinggi. Gaya bermain progresif, kemampuan membangun serangan dari belakang, dan kecerdasan taktis menjadi alasan kuat ia dipercaya memimpin generasi baru Madrid.
Namun ekspektasi itu datang dengan tekanan luar biasa. Klub sebesar Real Madrid tidak mengenal kata “transisi”, bahkan dalam laga debut sekalipun.
Jalannya Pertandingan: Solid Tapi Masih Belum Tajam
Alonso menurunkan formasi 4-3-3 khasnya, dengan penekanan pada penguasaan bola dan transisi cepat dari tengah. Namun di babak pertama, Madrid terlihat kesulitan membongkar pertahanan rapat Al Hilal. Intensitas pressing yang menjadi ciri khas Alonso di Leverkusen belum terlihat maksimal di pertandingan ini.
Madrid unggul lebih dulu lewat gol Gonzalo García, namun Al Hilal menyamakan kedudukan lewat penalti yang tak bisa dihalau Andriy Lunin. Di menit-menit akhir, Madrid bahkan nyaris kalah setelah Fede Valverde gagal mengeksekusi penalti—diselamatkan Bono secara spektakuler.
Evaluasi: Apa Kata Media dan Pengamat?
Setelah pertandingan, beberapa analis sepak bola Spanyol menyebut debut Alonso masih “dingin”, belum memunculkan DNA khasnya. Álvaro Benito dari Cadena SER menyebut:
“Madrid era Alonso masih belum panas. Tidak cukup ide di lini tengah, tidak cukup energi. Tapi itu wajar untuk pelatih baru.”
Sementara itu, sebagian penggemar menilai Alonso terlalu konservatif dalam pergantian pemain, dan terlalu bergantung pada kombinasi individu, bukan struktur kolektif.
Tantangan Alonso ke Depan
Meski hasil imbang tentu bukan awal yang diinginkan, debut ini menjadi pijakan awal. Beberapa tantangan utama Xabi Alonso di Madrid:
-
Mengembalikan ritme intensitas permainan yang biasa ia bangun di Bayer Leverkusen.
-
Menciptakan lini tengah kreatif baru pasca era Modrić–Kroos.
-
Menyesuaikan formasi dan strategi dengan pemain-pemain muda seperti Arda Güler, Camavinga, dan Valverde.
-
Mengelola ekspektasi fans dan manajemen, yang tak pernah sabar soal hasil.
Debut Xabi Alonso mungkin belum menghasilkan kemenangan, tapi ada fondasi yang sedang dibangun. Ia tetap menunjukkan ketenangan dan kontrol emosi dari pinggir lapangan—kualitas penting dalam menangani tim sebesar Madrid.
Masih terlalu dini untuk menilai apakah Alonso akan sukses, tetapi satu hal jelas: ini bukan proyek jangka pendek, dan Xabi punya rencana besar untuk Real Madrid.