
bolanetral, Juli 2025 – Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, mengonfirmasi bahwa penyerang keturunan Belanda, Ole Romeny, tidak akan masuk dalam daftar skuad Garuda untuk putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Kabar ini cukup mengejutkan mengingat Romeny sempat digadang-gadang menjadi opsi baru di lini depan Indonesia setelah proses naturalisasinya rampung pada awal 2025.
Cedera dan Masalah Adaptasi
Dalam konferensi pers pasca-drawing babak keempat yang digelar di Kuala Lumpur, Kluivert menyatakan bahwa Romeny belum dalam kondisi fisik terbaik.
“Ole masih mengalami masalah pada kebugarannya dan belum mencapai level yang saya inginkan untuk menghadapi lawan seperti Arab Saudi dan Irak,” ujar Kluivert.
Selain faktor kebugaran, pelatih asal Belanda itu juga menekankan pentingnya adaptasi taktikal dan chemistry tim, yang menurutnya belum sepenuhnya dimiliki oleh Romeny.
Persaingan Ketat di Lini Depan
Absennya Ole Romeny membuka jalan bagi penyerang-penyerang lokal dan keturunan lainnya seperti:
-
Rafael Struick
-
Ramadhan Sananta
-
Hokky Caraka
-
Dimas Drajad
Patrick Kluivert diyakini akan mempertahankan pola serangan dinamis yang mengandalkan kombinasi kecepatan dan mobilitas, terutama menghadapi tekanan tinggi dari Arab Saudi (8 Oktober) dan Irak (11 Oktober).
Keputusan Rasional
Meski keputusan ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan pecinta Timnas, banyak yang menilai bahwa ini adalah langkah rasional dari Kluivert—yang dikenal sebagai pelatih dengan pendekatan berbasis data dan performa aktual, bukan sekadar nama besar.
“Saya tahu banyak yang berharap dia (Romeny) tampil. Tapi tim ini butuh pemain yang siap 100 persen. Dia masih bagian dari rencana jangka panjang kami,” tegas Kluivert.
Kendati absen di babak krusial ini, masa depan Ole Romeny di Timnas Indonesia belum berakhir. Kluivert menyebut bahwa pemain berusia 24 tahun itu akan kembali dipantau untuk babak kelima atau laga persahabatan selanjutnya.
Dengan atau tanpa Ole Romeny, misi Garuda tetap sama: mengejar mimpi tampil di Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam sejarah modern. Fokus kini tertuju pada dua laga hidup-mati melawan dua tim kuat Asia, dan Indonesia butuh komposisi terbaik, bukan hanya nama-nama populer.